3.1 Konsep
Dasar
Penelitian-penelitian dan teori-teori kepemimpinan dapat
diklasifikasikan atas tiga :
1.
Pendekatan sifat-sifat
kepemimpinan
Yaitu memandang kepemimpinan sebagai suatu kombinasi sifat-sifat (trait)
2.
Pendekatan perilaku
kepemimpinan
Yaitu mengidentifikasi perilaku-perilaku (behaviors) pribadi yang
berhubungan dengan kepemimpinan efektif.
*
Kedua pendekatan ini menganggap bahwa seorang individu yang memiliki
sifat-sifat tertentu atau memperagakan perilaku-perilaku tertentu akan muncul
sebagai pemimpin dalam situasi kelompok apapun dimanapun dia berada
3.
Pendekatan situasional
(contingency)
Pandangan ini menganggap bahwa kondisi yang menentukan efektivitas
kepemimpinan bervariasi dengan situasi
3.2 Pendekatan
Sifat Pemimpin
3.2.1
Konsep Dasar
·
Para teoritisi kesifatan adalah
kelompok pertama yang bermaksud menjelaskan tentang aspek kepemimpinan. Mereka
percaya bahwa para pemimpin memiliki ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang
menyebabkan mereka dapat memimpin para pengikutnya.
·
Edwin Ghiselli dalam penelitian
ilmiahnya telah menunjukkan sifat-sifat tertentu yang penting untuk
kepemimpinan efektif. Sifat-sifat tersebut adalah sbb. :
- Kemampuan dalam kedudukannya sebagai pengawas (supervisor ability) atau pelaksanaan fungsi-fungsi dasar manajemen, terutama pengarahan dan pengawasan pekerjaan orang lain
- Kebutuhan akan prestasi dalam pekerjaan, mencakup pencarian tanggung jawab dan keinginan sukses
- Kecerdasan, mencakup kebijakan, pemikiran kreatif dan daya pikir
- Ketegasan atau kemampuan untuk membuat keputusan-keputusan dan memecahkan masalah-masalah dengan cakap dan tepat
- Kepercayaan diri atau pandangan terhadap dirinya sebagai kemampuan untuk menghadapi masalah
- Inisiatif atau kemampuan untuk bertindak tidak tergantung, mengembangkan serangkaian kegiatan dan menemukan cara-cara baru atau inovasi
·
Keith Davis mengikhtisarkan 4
ciri atau sifat utama yang mempunyai pengaruh terhadap kesuksesan kepemimpinan
organisasi yaitu : (1) kecerdasan, (2) kedewasaan dan keluasan hubungan sosial,
(3) motivasi diri dan dorongan berprestasi dan (4) sikap-sikap hubungan
manusiawi
1.2.2
Teori Kepemimpinan
Upaya untuk menilai sukses atau
gagalnya pemimpin itu antara lain dilakukan dengan mengamati dan mencatat sifat-sifat
dan kualitas/mutu perilakunya, yang dipakai sebagai kriteria untuk menilai
kepernimpinannya.
Usaha-usaha yang sistematis tersebut membuahkan teori
yang disebut sebagai the traitist
theory of leadership (teori sifat/kesifatan dari kepemimpinan). Di antara para penganut teori ini dapat
kita sebutkan Ordway Tead dan George R. Terry.
Ordway Tead dalam tulisannya mengemukakan 10 sifat
yaitu sebagai berikut:
1. Energi
jasmaniah dan mental (physical and
nervous energy)
Hampir setiap
pribadi pemimpin memiliki tenaga jasmani dan rohani yang luar biasa, yaitu mempunyai daya tahan, keuletan,
kekuatan atau tenaga yang istimewa yang tampaknya seperti tidak akan pernah
habis. Hal ini ditambah dengan kekuatan-kekuatan mental berupa semangat juang, motivasi kerja,
disiplin, kesabaran, keuletan, ketahanan batin, dan kemauan yang luar biasa untuk mengatasi semua
permasalahan yang dihadapi.
2. Kesadaran
akan tujuan dan arah (a sense of purpose and direction).
la memiliki keyakinan yang teguh akan
kebenaran dan kegunaan
dari semua perilaku yang dikerjakan; dia tahu persis kemana arah yang akan ditujunya,
serta pasti memberikan
kemanfaatan bagi diri sendiri maupun bagi kelompok yang dipimpinnya. Tujuan tersebut
harus disadari benar,
menarik, dan sangat berguna bagi pemenuhan kebutuhan hidup bersama.
3. Antusiasme
(enthusiasm; semangat, kegairahan, kegembiraan yang besar). Pekerjaan yang dilakukan
dan tujuan yang akan dicapai itu harus sehat, berarti, bernilai, memberikan harapan-harapan yang rnenyenangkan,
memberikan sukses, dan menimbulkan semangat serta esprit
de corps. Semua ini membangkitkan antusiasme, optimisme dan
semangat besar pada pribadi pemimpin maupun para anggota kelompok.
4. Keramahan
dan kecintaan (friendliness and affection)
Aftection itu kesayangan, kasih-sayang, cinta, simpati yang tulus disertai kesediaan berkorban
bagi pribadi-pribadi yang disayangi. Sebab
pemimpin ingin membuat mereka senang.
Bahagia dan sejahtera. Maka kasih sayang
dan dedikasi pernirnpin bisa menjadi tenaga penggerak yang positif untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang menyenangkam bagi semua pihak. Sedang keramah-tamahan itu mempunyai sifat mempengaruhi
orang lain juga membuka setiap hati yang masih tertutup untuk menanggapi keramahan tersebut. Keramahan juga memberikan pengaruh mengajak, dan
kesediaan untuk menerima pemimpin untuk
melakukan sesuatu secara bersama-sama,
mencapai satu sasaran tertentu.
5.
Integritas (integrity,
keutuhan; kejujuran, ketulusan hati).
Pemimpin itu harus bersifat terbuka;
merasa utuh bersatu,
sejiwa dan seperasaan dengan anak buahnya; bahkan merasa senasib dan sepenanggungan
dalam satu perjuangan yang sama. Karena itu dia bersedia memberikan pelayanan dan pengorbanan kepada
para pengikutnya. Sedang kelompok yang dituntun menjadi semakin percaya dan semakin menghormat
pemimpinnya. Dengan
segala ketulusan hati dan kejujuran, pemimpin memberikan ketauladanan, agar dia
dipatuhi dan diikuti oleh anggota kelompoknya.
6. Pengguasaan
teknis (technical mastery).
Setiap pemimpin harus memiliki satu atau beberapa kemahiran tehnis tertentu, agar ia mernpunyai kewibawaan
dan kekuasaan untuk memimpin kelornpoknya. Dia menguasai pesawat-pesawat mekanik
tertentu, serta memiliki kemahiran-kemahiran sosial untuk memimpin dan memberikan tuntunan yang
tepat serta bijaksana. Terutama teknik untuk mengkoordinasikan tenaga manusia,
agar tercapai
maksimalisasi efektivitas kerja dan produktivitasnya.
7. Ketegasan
dalam rmengambil keputusan (decisiveness).
Pemimpin yang berhasil itu pasti dapat
mengambil keputusan secara tepat, tegas dan cepat, sebagai hasil dari kearifan dan pengalamannya.
Selanjutnya dia mampu meyakinkan para anggotanya akan kebenaran keputusannya. la berusaha agar para pengikutnya
bersedia mendukung
kebijakan yang telah diambilnya. Dia harus menampilkan ketetapan hati dan tanggung jawab, agar ia
selalu dipatuhi oleh bawahannya.
8.
Kecerdasan (intelligence).
Kecerdasan yang perlu dimiliki oleh
setiap pemimpin itu
merupakan kemampuan untuk melihat dan memahami dengan baik, mengerti sebab dan
akibat kejadian, menemukan hal-hal yang krusial; dan cepat menemukan cara
penyelesaiannya
dalarn waktu singkat. Maka orang yang cerdas akan mampu mengatasi kesulitan yang
dihadapi dalam waktu
yang jauh lebih pendek dan dengan cara yang lebih efektif daripada orang yang kurang cerdas.
Kecerdasan dan originalitas yang
disertai dengan dan imajinasi tinggi dan rasa humor, dapat dengan cepat mengurangi
ketegangan dan kepedihan-kepedihan tertentu yang disebabkan oleh masalah-masalah sosial
yang gawat dan konflik-konflik di
tengah masyarakat
9.
Keterampilan mengajar (teaching skill)
Pemimpin yang baik itu adalah seorang
guru pula, yang mampu menuntun, mendidik, mengarahkan, mendorong (memotivasi),
dan menggerakkan anak buahnya untuk berbuat sesuatu. Di samping menuntun dan mendidik "muridnya", dia
diharapkan juga menjadi pelaksana eksekutif untuk me-ngadakan
latihan-latihan, mengawasi pekerjaan rutin setiap hari, dan menilai gagal atau
suksesnya. Satu proses atau treatment .Dia juga harus mampu menjadi manajer yang baik.
10.
Kepercayaan (Faith)
Keberhasilan pemimpin itu pada umumnya selalu didukung oleh
kepercayaan anak buahnya. Yaitu kepercayaan bahwa para anggota pasti dipimpin
dengan baik, dipengaruhi secara poisitif, dan diarahkan pada sasaran-sasaran yang benar.
Ada kepercayaan
bahwa pemimpin bersama-sama dengan anggota-anggota
kelompoknya secara bersama-sama rela
berjuang untuk mencapai tujuan yang
bernilai.
Selanjutnya, George R. Terry dalam bukunya "Principles of Management", 1964
menuliskan
sepuluh sifat pemimpin yang unggul, yaitu:
1.
Kekuatan
Kekuatan badaniah dan rohaniah
merupakan syarat pokok bagi pemimpin yang harus bekerja lama dan berat pada waktu-waktu yang lama
serta tidak teratur, dan di tengah-tengah situasi-situasi yang sering tidak menentu.
Oleh karena
itu daya-tahan untuk mengatasi pelbagai
rintangan adalah syarat yang harus ada pada pemimpin.
2.
Stabilitas emosi
Pemimpin yang baik itu
memiliki emosi yang stabil. Artinya dia tidak mudah marah, tersinggung perasaan, dan tidak meledak-ledak secara emosional. la
menghormati martabat orang lain, toleran
terhadap kelemahan orang lain, dan bisa memaafkan kesalahan-kesalahan
yang tidak terlalu prinsipil. Semua itu
diarahkan untuk mencapai lingkungan
sosial yang rukun damai, harmonis, dan menyenangkan.
3.
Pengetahuan tentang relasi insani
Salah satu tugas pokok pemimpin ialah: memajukan dan mengernbangkan
semua bakat serta potensi anak buah, untuk bisa bersama-sama maju dan mengecap kesejahteraan. Karena itu pcmimpin diharapkan memiliki
pengetahuan tentang sifat, watak dan
perilaku anggota kelompoknya, agar
ia bisa menilai kelebihan dan kelemahan/keterbatasan pengikutnya, yang disesuaikan dengan tugas-tugas
atau pekerjaan yang akan diberikan pada masing-masing individu.
4.
Kejujuran
Pemimpin yang baik itu harus memiliki
kejujuran yang tinggi; yaitu jujur pada
diri sendiri dan pada orang lain (terutama bawahannya). Dia selalu menepati janji, tidak "selingkuh" atau
munafik, dapat dipercaya, dan berlaku adil terhadap semua orang.
5.
Obyektif
Pertimbangan pernimpin itu harus
berdasarkan hati nurani yang bersih, supaya obyektif (tidak subyektif, berdasar prasangka sendiri).
Dia akan mencari bukti-bukti nyata dan sebab-musabab setiap kejadian; dan memberikan alasan yang rasional.
6. Dorongan
pribadi
Keinginan dan kesediaan untuk menjadi pemimpin itu harus muncul dari dalam hati
sanubari sendiri. Lingkungan dari
luar akan memperkuat hasrat sendiri untuk memberikan
pelayanan dan pengabdian diri kepada
kepentingan orang banyak.
7. Keterampilan
berkomunikasi
Pemimpin diharapkan mahir penulis dan
berbicara; mudah
menangkap maksud orang lain, cepat menangkap esensi pernyataan orang luar, mudah
memahami maksud para
anggotanya. Juga pandai mengkoordinasikan macam-macam sumber tenaga manusia, dan mahir
mengintegrasikan berbagai opini serta aliran yang berbeda-beda untuk mencapai kerukunan dan
keseimbangan.
8. Kemampuan
mengajar
Pemimpin yang baik itu diharapkan juga
menjadi guru yang baik. Mengajar itu adalah mcmbawa siswa (orang yang belajar) secara sistematis dan pada sasaran-sasarar tertentu, guna
mengembangkan pengetahuan, keterampilan/kemahiran
tertentu, dan menambah pengalaman mereka.
Yang dituju ialah agar para pengikutnya
bisa mandiri, mau memberikan dan Ioyalilas
dan partisipasinya.
9.
Keterampilan Sosial
Pemimpin juga diharapkan mcmiliki
kemampuan untuk "mengelola" manusia, agar mereka dapat
mengembangkan bakat dan potensinya.
Pemimpin dapat mengenali scgi-segi kelemahan dan kekuatan setiap anggotanya, agar bisa ditempatkan pada tugas-tugas yang cocok
dengan pembawaan masing-masing.
Pemimpin juga mampu mendorong setiap
orang yang dibawahinya untuk berusaha dan mengembangkan diri dengan cara-caranya sendiri yang dianggap paling cocok.
Dia bersikap ramah, terbuka, dan mudah
menjalin persahabatan berdasarkan rasa saling percaya-mempercayai. Dia menghargai
pendapat orang lain, untuk bisa memupuk kerja sama yang baik dalam suasana rukun dan damai.
10. Kecakapan
tekhnis atau kecakapan manajerial
Pemimpin harus superior dalam satu
atau beberapa kemahiran
teknis tertentu. Juga memiliki kemahiran manajerial untuk membuat rencana,
mengelola, menganalisis keadaan, membuat keputusan, mengarahkan, rnengontrol, dan memperbaiki situasi yang
tidak mapan. Tujuan semua ini ialah tercapainya efektivitas kerja, keuntungan maksimal, dan
kebahagiaan-kesejahteraan anggota sebanyak-banyaknya.
1.3 Pendekatan
Situasi
3.3.1
Konsep Dasar
·
Pencarian perangkat ciri atau
perilaku “terbaik” telah gagal menemukan campuran dan gaya kepemimpinan yang
efektif untuk semua situasi. Yang kemudian berkembang adalah teori kepemimpinan
situasional yang mengemukakan bahwa keefektifan kepemimpinan tergantung pada
kecocokan antara kepribadian, tugas, kekuasaan, sikap dan persepsi.
·
Jenis perilaku kepemimpinan
yang diperlukan untuk meningkatkan prestasi sebagian besar tergantung pada
situasi. Kepemimpinan yang efektif dalam satu situasi mungkin tidak kompeten
dalam situasi yang lain.
·
Fundamen dasarnya mengemukakan
bahwa seorang pemimpin yang efektif harus cukup luwes untuk beradaptasi dengan
perbedaan di antara bawahan dan situasi.
·
Menggambarkan bahwa gaya yang
digunakan adalah bergantung pada faktor-faktor seperti situasi, karyawan,
tugas, organisasi dan variabel-variabel lingkungan lainnya.
·
Mary Parker Follet
mengembangkan hukum situasi, mengatakan bahwa ada tiga variabel yang
mempengaruhi gaya kepemimpinan yaitu 1) pemimpin, 2) pengikut atau bawahan dan
3) situasi. Ketiganya saling berhubungan dan berinteraksi. Follet juga
menyatakan bahwa para pemimpin seharusnya berorientasi pada kelompok dan bukan
berorientasi pada kekuasaan.
·
Teori-teori situasional yang
terkenal adalah
1)
Teori Rangkaian Kesatuan Kepemimpinan (Kontinum) oleh
Robert Tannembaum
dan Warren Schmidt
2)
Teori Kontigensi (Contingency) oleh Fiedler
3)
Teori Siklus Kehidupan oleh Hersey dan Blanchard
4)
Teori Normatif oleh Vroom dan Yetton
3.3.2 Teori
Rangkaian Kesatuan Kepemimpinan
(Kontinum)
·
Robert Tannenbaum dan Warren Schmidt mengemukakan bahwa
pemimpin harus mempertimbangkan tiga kumpulan “kekuatan” sebelum melakukan
pemilihan gaya kepemimpinan, yaitu :
- kekuatan-kekuatan dalam diri manajer, yang mencakup : sistem nilai, kepercayaan terhadap bawahan, kecenderungan kepemimpinannya sendiri dan perasaan aman dan tidak aman
- kekuatan-kekuatan dalam diri para bawahan, meliputi : kebutuhan mereka akan kebebasan, kebutuhan mereka akan peningkatan tanggung jawab, apakah mereka tertarik dalam dan mempunyai keahlian untuk penanganan masalah dan harapan mereka mengenai keterlibatan dalam pembuatan keputusan
- kekuatan-kekuatan dari situasi, mencakup : tipe organisasi, efektifitas kelompok, desakan waktu dan sifat masalah itu sendiri
3.3.3 Teori Kontigensi (Contingency Theory)
·
Model ini dikembangkan oleh
Fiedler, menyatakan bahwa prestasi kelompok tergantung pada interaksi antara
gaya kepemimpinan dengan kadar menguntungkan tidaknya situasi.
·
Kepemimpinan dipandang sebagai
suatu hubungan yang didasarkan atas kekuasaan dan pengaruh. Oleh karena itu
muncul dua macam pertanyaan :
1.
Pada tingkat apa situasi
menyediakan kekuasaan dan pengaruh yang diperlukan pemimpin agar efektif dan
seberapa menguntungkan faktor-faktor situasi tersebut?
2.
Sejauh mana pemimpin dapat
meramalkan dampak gayanya atas perilaku dan prestasi pengikut-pengikutnya?
·
Teori ini menyatakan bahwa
efektifitas suatu kelompok atau organisasi tergantung pada interaksi antara
kepribadian pemimpin dan situasi.
·
Situasi dirumuskan dengan dua
karakteristik : derajat situasi dimana pemimpin menguasai, mengendalikan dan
mempengaruhi situasi dan derajat situasi yang menghadapkan manajer dengan
ketidakpastian
·
Fiedler membantu untuk
menentukan gaya kepemimpinan mana yang akan efektif yaitu hubungan pimpinan
anggota, struktur tugas dan posisi kekuasaan pemimpin yang didapatkan dari
struktur wewenang formal.
·
Dari model dapat disimpulkan
bahwa untuk menjadi pemimpin yang paling efektif, mereka perlu menyesuaikan
gaya-gaya kepemimpinannya terhadap situasi. Dalam situasi 1,2,7,8 pendekatan
otokratik mungkin akan paling efektif.
·
Sedangkan dalam situasi 3,4,5,6
pendekatan yang lebih berorientasi hubungan akan lebih efektif.
·
Bila pemimpin mempunyai
keterbatasan dalam kemampuan mereka untuk mengubah kepribadian dasar dan gaya
kepemimpinannya, sitausi harus diubah atau pemimpin harus dipilih yang gayanya
cocok dengan situasi yang ada.
·
Tetapi seharusnya pemimpin
dapat dapat mengubah-ubah gaya-gaya kepemimpinan mereka untuk memenuhi
persyaratan/kebutuhan situasi tertentu dan seharusnya mereka dapat belajar
untuk menjadi pemimpin yang efektif
3.3.4 Teori Siklus Kehidupan
·
Konsep dasar teori siklus
kehidupan adalah bahwa strategi dan perilaku pemimpin harus situasional dan
terutama didasarkan pada kedewasaan atau kedewasaan para pengikut.
·
Kedewasaan adalah
kapasitas/kemampuan individu atau kelompok untuk menetapkan tujuan tingkat
tinggi tetapi dapat dicapai, dan keinginan dan kemampuan mereka untuk mengambil
tanggung jawab. Variabel-variabel kedewasaan ini yang merupakan hasil dari
pendidikan dan pengalaman, harus dipertimbangkan hanya dalam hubungannya dengan
tugas tertentu yang dilaksanakan
·
Perilaku tugas adalah tingkat
dimana pemimpin cenderung untuk mengorganisasikan dan menentukan
peranan-peranan para pengikut, menjelaskan setiap kegiatan yang dilaksanakan,
kapan, dimana dan bagaimana tugas-tugas diselesaikan. Ini tergantung pola-pola
perancangan organisasi, saluran komunikasi dan cara-cara penyelesaian pekerjaan
·
Perilaku hubungan berkenaan
dengan hubungan pribadi pemimpin dengan individu atau para anggota kelompoknya.
Ini mencakup besarnya dukungan yang disediakan oleh pemimpin dan tingkat dimana
pemimpin menggunakan komunikasi antar pribadi dan perilaku pelayanan.
·
Gambar 14.7 menunjukkan
hubungan antara kedewasaan para pengikut dan gaya kepemimpinan yang didasarkan
atas perilaku tugas dan hubungan pemimpin. Gaya pemimpin harus diubah sesuai
dengan peningkatan kedewasaan para pengikut
·
Bagan tersebut dapat digunakan
sebagai berikut. Pertama, menentukan tingkat kedewasaan para anggota kelompok
(dewasa atau tidak dewasa). Kemudian tarik garis ke atas sampai memotong garis
kurva. Perpotongan ini menentukan gaya kepemimpinan dasar mana (diantara 4)
adalah paling efektif bagi situasi itu.
1.3.5
Teori Normatif oleh Vroom dan Yetton
Teori
kepemimpinan Vroom&Yetton disebut juga Teori Normatif (Normative Theory), karena mengarah kepada pemberian suatu
rekomendasi tentang gaya kepemimpinan yang sebaiknya digunakan dalam situasi
tertentu. Yaitu berfokus pada tingkat partisipasi yang diperbolehkan oleh
pemimpin dalam pengambilan keputusan dan seleksi pendekatan yang akan
memaksimalkan manfaat yang akan didapat kelompok dan pada waktu yang bersamaan,
meminimalisasi gangguan pencapaian tujuan kelompok. Model yang menjelaskan
bagaimana seorang pemimpin harus memimpin dalam berbagai situasi. Model ini
menunjukan bahwa tidak ada corak kepemimpinan tunggal yg dapat diterapkan pada semua
situasi.
5 tipe kunci metode kepemimpinan yang teridentifikasi (Vroom & Yetton, 1973):
5 tipe kunci metode kepemimpinan yang teridentifikasi (Vroom & Yetton, 1973):
1. Autocratic I: membuat
keputusan dengan menggunakan informasi yang saat ini terdapat pada pemimpin.
2. Autocratic II: membuat
keputusan dengan menggunakan informasi yang terdapat pada seluruh anggota
kelompok tanpa terlebih dahulu menginformasikan tujuan dari penyampaian
informasi yang mereka berikan.
3. Consultative I: berbagi akan
masalah yang ada dengan individu yang relevan, mengetahui ide-ide dan saran
mereka tanpa melibatkan mereka ke dalam kelompok; lalu membuat keputusan.
4. Consultative II: berbagi
masalah dengan kelompok, mendapatkan ide-ide dan saran mereka saat diskusi
kelompok berlangsung, dan kemudian membuat keputusan.
5. Group II: berbagi masalah yang ada dengan kelompok, mengepalai diskusi
kelompok, serta menerima dan menerapkan keputusan apapun yang dibuat oleh
kelompok.
1.4
Pendekatan Perilaku Kepemimpinan
3.4.1
Konsep Dasar
·
Menentukan apa yang dilakukan
oleh para pemimpin efektif, bagaimana mereka mendelegasikan tugas, bagaimana
mereka berkomunikasi dengan dan memotivasi bawahan mereka, bagaimana mereka
menjalankan tugas-tugas,dsb.
·
Pendekatan perilaku memusatkan
perhatiannya pada dua aspek perilaku kepemimpinan, yaitu fungsi-fungsi dan
gaya-gaya kepemimpinan.
·
Teori-teori dan
penelitian-penelitian yang paling terkenal adalah :
(1)
Teori X dan Teori Y oleh Douglas McGregor
(2)
Studi Michigan oleh Rensis Likert
(3)
Kisi-kisi Manajerial oleh Blake dan Mouton
(4)
Studi Ohio State oleh Ralph Stogdill
(5) Teori Tiga Dimensi oleh Reddin
(6) Path Goal Theory (Teori Jalan Tujuan) oleh
Robert House
3.4.2
Aspek Perilaku Kepemimpinan
3.4.2.1 Fungsi-fungsi Kepemimpinan
·
Aspek pertama pendekatan
perilaku kepemimpinan menekankan pada fungsi-fungsi yang dilakukan pemimpin
dalam kelompoknya.
·
Agar kelompok berjalan dengan
efektif, seseorang harus melaksanakan dua fungsi utama yaitu :
- fungsi-fungsi yang berhubungan dengan tugas (task related) atau pemecahan masalah, yang menyangkut pemberian saran penyelesaian, informasi dan pendapat
- fungsi-fungsi pemeliharaan kelompok (group maintenance) atau sosial, yang mencakup segala sesuatu yang dapat membantu kelompok berjalan lebih lancar, persetujuan dengan kelompok lain, penengahan perbedaan pendapat, dsb.
3.4.2.2 Gaya-gaya Kepemimpinan
·
Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh
seseorang pada saat orang tersebut mencoba akan mempengaruhi perilaku orang
lain
·
Pemimpin itu mempunyai sifat, kebiasaan, temperamen, watak dan
kepribadian sendiri yang unik khas; sehingga tingkah aku dan gayanya lah yang membedakan
dirinya dari orang lain. Gaya atau style hidupnya ini pasti akan mewarnai perilaku dan tipe
kepemimpinannya. Sehingga muncullah beberapa tipe kepemimpinan.
·
W.J Reddin dalam artikelnya What Kind of Manager, dan disunting oleh Wahjosumidjo
(Dept.
P.& K., Pusat Pendidikan dan Latihan Pegawai, 1982), menentukan watak dan
tipe pemimpin
atas tiga pola dasar, yaitu:
-
berorientasikan
tugas (task orientation),
-
berorientasikan hubungan kerja (relationship orientation),
-
berorientasikan hasil yang efektif (effectivess orientation)
Berdasarkan penonjolan ketiga orientasi tersebut, dapat ditentukan
delapan tipe kepemimpinan. Yaitu:
1. Tipe
deserter (pembelot).
Sifatnya: bermoral rendah, tidak memiliki
rasa keterlibatan, tanpa pengabdian, tanpa loyalitas dan ketaatan; sukar diramalkan.
2. Tipe
birokrat
Sifatnya: kaku, patuh pada peraturan dan norma-norma; ia adalah manusia organisasi yang tepat,
cermat, berdisiplin. dan keras.
3.
Tipe misionaris (missionary).
Sifatnya: terbuka, penolong, lembut hati, ramah-tamah.
4.
Tipe developer (pembangun).
Sifatnya: kreatif, dinamis, inovatif, memberikan/ melimpahkan wewenang dengan baik, menaruh kepercayaan
pada bawahan.
5. Tipe
otokrat
Sifatnya: keras, diktator, mau menang
sendiri, keras kepala.
6.
Benevolent autocrat (otokrat yang bijak).
Sifatnya: lancar, tertib; ahli dalam mengorganisir, besar rasa keterlibatan diri.
7.
Tipe compromiser (kompromis).
Sifatnya: plin-plan, selalu mengikuti
angin tanpa pendirian,tidak
mempunyai keputusan, berpandangan pendek dan sempit.
8. Tipe
eksekutif
Sifatnya: Bermutu tinggi, dapat memberikan
motivasi, yang
baik, berpandangan jauh, tekun.
·
Para peneliti telah mengidentifikasikan dua gaya kepemimpinan yaitu
- gaya kepemimpinan orientasi tugas (task oriented)
Pimpinan berorientasi tugas mengarahkan dan mengawasi
bawahan secara tertutup untuk menjamin bahwa tugas dilaksanakan sesuai yang
diinginkannya. Pemimpin dengan gaya
kepempinan ini lebih memperhatikan pelaksanaan pekerjaan daripada pengembangan
dan pertumbuhan karyawan
- gaya dengan orientasi karyawan (employee oriented)
Pemimpin berorientasi karyawan mencoba untuk lebih
memotivasi bawahan dibanding mengawasi mereka. Mereka mendorong para anggota
kelompok untuk melaksanakan tugas-tugas dengan memeberikan kesempatan bawahan
untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan, menciptakan suasana
persahabatan serta hubungan-hubungan saling mempercayai dan menghormati dengan
para anggota kelompok.
A. Gaya Kepemimpinan Teori X dan Teori Y dari Douglas McGregor
·
Konsep McGregor yang paling
terkenal adalah bahwa strategi kepemimpinan dipengaruhi anggapan-anggapan
seorang pemimpin tentang sifat dasar manusia.
·
McGregor menyimpulkan dua
kumpulan anggapan yang saling berlawanan yang dibuat oleh para manajer dalam
industri
- Anggapan-anggapan Teori X
- Rata-rata pembawaan manusia malas atau tidak menyukai pekerjaan dan akan menghindarinya bila mungkin
- Karena karakteristik manusia tersebut, orang harus dipaksa, diawasi, diarahkan atau dincam dengan hukuman agar mereka menjalankan tugas untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi
- Rata-rata manusia lebih menyukai diarahkan, ingin menghindari tanggung jawab, mempunyai ambisi relatif kecil dan menginginkan keamanan/jaminan hidup di atas segalanya.
- Anggapan-anggapan Teori Y
a.
Penggunaan usaha phisik dan
mental dalam bekerja adalah kodrat manusia, seperti bermain atau istirahat
b.
Pengawasan dan ancaman hukuman
eksternal bukanlah satu-satunya cara untuk mengarahkan usaha pencapaian tujuan
organisasi. Orang akan melakukan pengendalian diri dan pengarahan diri untuk
mencapai tujuan yang telah disetujuinya
c.
Keterikatan pada tujuan
merupakan fungsi dari penghargaan yang berhubungan dengan prestasi mereka
d.
Rata-rata manusia dalam kondisi
yang layak, belajar tidak hanya untuk menerima tetapi mencari tanggung jawab
e.
Ada kapasitas besar
untuk melakukan imajinasi, kecerdikan dan kreatifitas dalam penyelesaian
masalah-masalah organisasi yang secara luas tersebar pada seluruh karyawan
f.
Potensi intelektual rata-rata
manusia hanya digunakan sebagian saja dalam kondisi kehidupan industri modern
v Seorang pemimpin yang menganut anggapan-anggapan teori X akan
cenderung menyukai gaya
kepemimpinan otokratik. Sebaliknya, pemimpin yang mengikut teori Y akan lebih
menyukai gaya
kepemimpinan partisipatif atau demokratik
B. Gaya Kepemimpinan Studi
Michigan dari Rensis Likert
·
Rensis Likert melakukan studi
penelitian pada tahun 1947 tentang cara terbaik mengelola upaya orang-orang
untuk mencapai sasaran prestasi dan kepuasan yang diharapkan.
·
Tujuan sebagian besar tim riset
kepemimpinan yang diilhami Likert di Universitas Michigan adalah untuk
menemukan prinsip-prinsip dan metode-metode kepemimpinan yang efektif.
·
Kriteria keefektifan yang
digunakan dalam penelitian ini mencakup :
1.
Produktivitas per jam kerja
2.
Kepuasan kerja para anggota
organisasi
3.
Tingkat pergantian karyawan (turn over), absen dan tingkat keluhan
4.
Barang sisa yang terbuang
5.
Motivasi karyawan dan pemimpin
·
Banyak penelitian telah
dilakukan di berbagai perusahaan seperti perusahaan kimia, elektronika,
makanan, asuransi, perminyakan, rumah sakit, bank dan lain-lain.
·
Data diperoleh dari ribuan
karyawan yang melakukan tugas berbeda.
·
Mereka menemukan bahwa para
penyelia yang mempraktekkan pengawasan/pengendalian umum dan berorientasi pada
karyawan mempunyai semangat kerja yang lebih tinggi dan produktifitas yang
lebih besar daripada penyelia yang mempraktekkan pengawasan/pengendalian
tertutup dan berorientasi pada tugas/pekerjaan.
·
Likert dengan menggunakan dua
kategori gaya dasar ini, orientasi tugas dan orientasi karyawan, menyusun suatu
model empat tingkatan efektifitas manajemen yaitu :
Sistem 1, manajer membuat semua keputusan yang berhubungan dengan kerja dan
memerintah para bawahan untuk melaksanakannya. Standar dan metode pelaksanaan
juga secara kaku, ditetapkan oleh manajer
Sistem 2, manajer tetap menentukan perintah-perintah, tetapi memberi bawahan
kebebasan untuk memberikan komentar terhadap perintah-perintah tersebut.
Bawahan juga diberi berbagai fleksibilitas untuk melaksanakan tugas-tugas
mereka dalam batas-batas dan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan
Sistem 3, manajer menetapkan tujuan-tujuan dan memberikan perintah setelah
hal-hal itu didiskusikan terlebih dahulu dengan bawahan. Bawahan dapat membuat
keputusan-keputusan mereka sendiri tentang cara pelaksanaan tugas. Penghargaan
lebih digunakan untuk memotivasi bawahan daripada ancaman hukuman
Sistem 4, adalah sistem yang paling ideal menurut Likert tentang cara
bagaimana organisasi seharusnya berjalan. Tujuan-tujuan ditetapkan dan
keputusan-keputusan kerja dibuat oleh kelompok.Bila manajer secara formal yang
membuat keputusan, mereka melakukan setelah mempertimbangkan saran-saran dan
pendapat-pendapat dari para anggota kelompok. Untuk memotivasi bawahan, manajer
tidak hanya mempergunakan penghargaan-penghargaan tetapi juga mencoba
memberikan kepada bawahan perasaan dibutuhkan dan penting
C. Gaya
Kepemimpinan Kisi-kisi Manajerial dari Blake dan Mouton
·
Kisi-kisi manajerial (managerial grid) yang dikembangkan oleh
Robert Blake dan jane Monton juga berkenaan dengan orientasi-orientasi manajer
pada tugas (produksi) dan karyawan (orang), serta kombinasi antara keduanya.
·
Manajer 1.1 pada sudut kiri
bawah dalam kisi-kisi, digambarkan sebagai seorang manajer yang “turun tahta”,
perhatian rendah terhadap karyawan maupun terhadap produksi atau tugas.
·
Manajer 1.9 mempergunakan
kepemimpinan “santai”, serba mengijinkan, dengan tekanan pada pemeliharaan
keuangan dan kepuasan karyawan. Manajer tipe ini cenderung menghindari
ketegangan dalam pelaksanaan pekerjaan, dengan perhatian terhadap karyawan
tinggi tetapi perhatian terhadap produksi rendah
·
Manajer 5.5 (disebut gaya middle of the road management atau
organization man management) memperhatikan baik terhadap produksi maupun
karyawan.
·
Manajer 9.1 digambarkan sebagai
seorang otokrat, pemegang tugas yang keras, dengan berbagai karakteristik
pengawasan tertutup. Manajemen tugas atau otoriter ini perhatiannya terhadap
produksi dan efisiensi tinggi tetapi terhadap karyawan rendah. Tekanannya pada
penyelesaian kerja
·
Manajer 9.9 percaya bahwa
saling memahami dan menyetujui tetang apa tujuan-tujuan organisasi dan
cara-cara pencapaiannya adalah inti pengarahan kerja. Manajemen team atau
demokratik ini memberikan perhatian penuh baik terhadap produksi maupun
semangat kerja dan kepuasan karyawan, melalui pendekatan partisipatif atau team
dalam pelaksanaan pekerjaan.
v Blake dan Mouton mengemukakan bahwa gaya manajemen 9.9 adalah tipe
perilaku kepemimpinan yang paling efektif. Pendekatan ini akan menghasilkan
peningkatan prestasi kerja, tingkat absensi dan perputaran karyawan rendah dan
kepuasan kerja karyawan tinggi.
D. Gaya
Kepemimpinan Studi Ohio State
·
Beberapa program riset yang
besar tentang kepemimpinan yang dikembangkan sejak Perang Dunia II, salah satu
yang paling penting di antaranya diketuai oleh Fleishman dan rekan-rekannya di
Universitas Negeri Ohio.
·
Program ini menghasilkan teori dua
faktor tentang kepemimpinan yang disebut sebagai :
ü pemrakarsa struktur (initiating
structure)
ü pertimbangan (consideration)
·
Para peneliti Ohio State
University mengidentifikasikan 2 kelompok perilaku yang mempengaruhi
efektifitas kepemimpinan yaitu
a. Struktur
pemrakarsaan (initiating structure)
Menjelaskan bahwa
seorang pemimpin itu mengatur dan menentukan pola organisasi, saluran
komunikasi, struktur peran dalam pencapaian tujuan organisasi dean cara
pelaksanaannya. Merupakan perilaku dimana pemimpin yang mengorganisasi dan
menetapkan hubungan dalam kelompok tersebut, cenderung membentuk pola dan
saluran komunikasi yang ditetapkan dengan baik dan menunjukkan cara-cara
penyelesaian pekerjaan
a.
Struktur pertimbangan
(consideration structure)
Faktor pertimbangan menggambarkan hubungan yang
hangat antara seorang atasan dan
bawahan, adanya saling percaya, kekeluargaan dan penghargaan terhadap gagasan
bawahan. Menyangkut perilaku yang menunjukkan persahabatan, kepercayaan timbal
balik, respek, kehangatan dan hubungan antara pemimpin dan pengikut.
·
Dimensi ini diukur berdasarkan
dua kuesioner terpisah yaitu :
ü Kuesioner Pendapat Kepemimpinan (Leadership
Opinion Questionnaire – LOQ) mencoba mengungkapkan bagaimana pendapat
pemimpin tentang perilaku mereka dalam peranan kepemimpinan
ü Kuesioner Uraian Perilaku Pemimpin (The Leader Behavior Description Questionnaire – LBDQ) mengukur
persepsi para bawahan, rekan kerja atau atasan
·
Skor pemrakarsaan struktur dan
skor pertimbangan yang berasal dari jawaban atas kuesioner tersebut menyediakan
suatu cara untuk mengukur gaya kepemimpinan. Misalkan : pemimpin nomor 1
memperoleh skor tinggi pada pemrakarsaan struktur dan pertimbangan : pemimpin
nomor 4 memiliki skor rendah pada kedua dimensi tersebut.
·
Hasil awal penelitian menyatakan
bahwa para pemimpin yang skornya di atas rata-rata dalam dimensi pemrakarsaan
struktur dan pertimbangan adalah pemimpin yang lebih efektif.
·
Akan tetapi dalam suatu
penelitian di Internasional Harvester, para peneliti mulai menemukan keraguan
sebab dalam suatu penelitian terhadap para penyelia (supervisor), ditemukan bahwa mereka yang berskor lebih tinggi dalam
pemrakarsaan struktur tidak hanya mempunyai nilai keahlian lebih tinggi tetapi
juga mempunyai skor keluhan karyawan lebih banyak.
·
Skor pertimbangan yang lebih
tinggi itu berkaitan dengan nilai keahlian yang lebih rendah dan skor keabsenan
yang lebih rendah pula
·
Teori keperilakuan dari
Universitas Ohio tersebut telah dikritik karena kesederhanaannya (misalnya
hanya dua dimensi kepemimpinan), kurang kemampuan menyamaratakan dan
mengandalkan jawaban kuesioner untuk mengukur keefektifan kepemimpinan.
·
Dalam riset yang terakhir,
bahwa banyak variabel yang mempengaruhi hubungan perilaku kepemimpinan dan
keefektifan organisasi. Variabel-variabel ini mencakup pengalaman karyawan,
kewenangan, pengetahuan tentang pekerjaan, harapan atas perilaku pemimpin,
pengaruh pemimpin, kejelasan peranan, desakan waktu, dsb.
·
Para peneliti
mengidentifikasikan empat gaya kepemimpinan utama, seperti yang ditunjukkan dalam
gambar. Mereka menemukan bahwa tingkat perputaran karyawan adalah paling rendah
dan kepuasan karyawan tertinggi di bawah pemimpin yang tingkat pertimbangannya
rendah dan struktur pemarkasaan tinggi menimbulkan banyak keluhan dan tingkat
perputaran karyawan yang tinggi.
·
Para peneliti juga menemukan
bahwa penilaian bawahan terhadap efektifitas pemimpin tidak tergantung pada
gaya tertentu dari pemimpin tetapi pada situasi dimana gaya tersebut digunakan.
E. Teori
Tiga Dimensi oleh Reddin
·
Gaya kepemimpinan yang umumnya terjadi di dalam suatu perusahaan adalah
gaya kepemimpinan yang dikemukakan oleh William J. Reddin, yaitu Teori Tiga
Dimensi Reddin, karena memadukan tiga unsur dasar dalam kepemimpinan, yaitu
pemimpin, kelompok dan situasi, serta menekankan bahwa para pemimpin harus
memiliki gaya adaptif yang mengarah kepada tercapainya efektivitas dalam
memimpin.
·
Menurut Reddin, kepemimpinan pada dasarnya memiliki dua aspek yang
membedakan gaya kepemimpinan yang dipakainya, yaitu :
a. Pemimpin yang memiliki motif kuat untuk melaksanakan tugasnya secara
maksimal.
Pemimpin dengan gaya ini mempunyai motivasi kuat untuk meyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik, tetapi di lain pihak pemimpin kurang memperhatikan hubungan kerjasama dengan bawahan dan tujuan dari organisasi. Jadi pemimpin ini semata-mata hanya menyelesaikan tugas-tugas rutinnya.
Pemimpin dengan gaya ini mempunyai motivasi kuat untuk meyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik, tetapi di lain pihak pemimpin kurang memperhatikan hubungan kerjasama dengan bawahan dan tujuan dari organisasi. Jadi pemimpin ini semata-mata hanya menyelesaikan tugas-tugas rutinnya.
b. Pemimpin yang lebih mementingkan hubungan kerjasama, baik dengan
atasan, bawahan maupun sesama teman sejawat.
Pemimpin dengan gaya ini lebih
mengutamakan hubungan kerjasama dan selalu berusaha menciptakan suasana dan
iklim kerja yang menguntungkan sehingga dapat meningkatkan gairah kerja
karyawan. Tetapi pemimpin cenderung kurang atau tidak memberikan perhatian
secara sungguh-sungguh terhadap pelaksanaan tugas dan hasil yang akan dicapai.
·
Gambar 5.3 melukiskan model
Reddin tersebut. Empat persegi dalam kotak di tengah merupakan gaya dasar dari
kepemimpinan seorang manajer. Dari gaya di kotak tengah ini seterusnya bisa
ditarik ke atas dan ke bawah, menjadi gaya yang efektif dan tidak efektif.
·
Gaya yang efektif , gaya
ini seperti yang dikatakan sebelumnya
merupakan pengembangan dari gaya dasar yang berada di kotak tengah pada gambar
5.3. Ada empat gaya dalam kotak yang efektif. Empat gaya itu adalah :
1.
Eksekutif
Gaya ini banyak memberikan perhatian pada tugas-tugas
pekerjaan dan hubungan kerja. Seorang manajer yang menggunakan gaya ini disebut
sebagai motivator yang baik, mau menetapkan standar kerja yang tinggi,
mempunyai kemauan mengenal perbedaan di antara individu dan berkeinginan
menggunakan kerja tim dalam manajemen
2.
Pencinta pengembangan (developer)
Gaya ini memberikan perhatian yang maksimum terhadap
hubungan kerja dan perhatian yang minimum terhadap tugas-tugas pekerjaan.
Seorang manajer yang menggunakan gaya ini mempunyai kepercayaan terhadap
orang-orang yang bekerja dalam organisasi dan sangat memperhatikan pengembangan
mereka sebagai seorang individu
3.
Otokrat yang bijak (benevolent autocrat)
Gaya ini memberikan perhatian yang maksimum terhadap
tugas dan perhatian minimum terhadap hubungan kerja. Seorang manajer yang
menggunakan gaya ini mengetahui secara tepat apa yang ia inginkan dan bagaimana
memperoleh yang diinginkan tersebut
4.
Birokrat
Gaya ini memberikan perhatian yang minimum terhadap baik
tugas maupun hubungan kerja. Seorang manajer yang menggunakan gaya ini sangat
tertarik pada peraturan-peraturan dan menginginkan peraturan tersebut
dipelihara serta melakukan pengawasan secara teliti
·
Gaya yang tidak efektif, pada
gambar 5.3 terletak pada kotak di bawah. Ada empat gaya kepemimpinan yang
tergolong tidak efektif yaitu :
- Pencinta kompromi (Compromiser)
Gaya ini memberikan perhatian yang besar pada tugas dan
hubungan kerja dalam suatu situasi yang menekankan pada kompromi. Manajer yang
bergaya seperti ini merupakan pembuat keputusan yang tidak bagus karena banyak
tekanan yang mempengaruhinya.
- Missionari
Gaya ini memberikan penekanan yang maksimum pada
orang-orang dan hubungan kerja tetapi memberikan perhatian yang minimum
terhadap tugas dengan perilaku yang tidak sesuai. Manajer semacam ini hanya
menilai keharmonisan sebagai suatu tujuan dalam dirinya sendiri
3. Otokrat
mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut :Gaya ini memberikan
perhatian yang maksimum terhadap tugas dan minimum terhadap hubungan kerja dengan
suatu perilaku yang tidak sesuai. Manajer seperti ini tidak mempunyai
kepercayaan pada orang lain, tidak menyenangkan dan hanya tertarik pada jenis
pekerjaan yang segera selesai
4. Lari dari tugas (Deserter)
Gaya ini sama sekali tidak
memberikan perhatian baik pada tugas maupun pada hubungan kerja. Manajer
seperti ini menunjukkan sikap pasif dan tidak mau ikut campur secara aktif dan
positif
·
Gaya kepemimpinan seperti yang diuraikan seringkali dilakukan di dalam
perusahaan. Tetapi tentu saja gaya kepemimpinan yang terjadi di tiap-tiap
perusahaan berbeda-beda, karena gaya kepemimpinan dapat dilihat sesuai dengan
kepribadian pemimpin itu sendiri. Berarti gaya kepemimpinan yang terdapat pada
sebuah perusahaan bisa bermacam-macam, tergantung kepada personil yang
bertindak sebagai atasan.
·
Prestasi kerja karyawan di suatu perusahaan, tidak terlepas dari gaya
kepemimpinan yang ada di perusahaan tersebut. Keberhasilan seorang pemimpin
umumnya terlihat dari prestasi kerja karyawannya. Dimana tinggi atau rendahnya
prestasi kerja karyawan, umumnya menunjukkan efektif atau tidaknya gaya
kepemimpinan yang digunakan seorang pemimpin kepada karyawannya.
·
Para karyawan akan dapat termotivasi untuk berprestasi kerja dengan baik,
apabila kebutuhan di dalam hidupnya telah terpenuhi, baik kebutuhan yang
bersifat fisik dan non fisik. Semakin luas pengetahuan seorang karyawan,
semakin ia dapat mengembangkan aspirasinya untuk meningkatkan kesejahteraannya.
·
Pemenuhan kebutuhan karyawan pada dasarnya dapat dinyatakan melalui gaya
kepemimpinan dari seorang pemimpin. Bila seorang pemimpin memiliki pengetahuan
yang baik mengenai motivasi, maka pemimpin tersebut dapat membuat keputusan
gaya kepemimpinan mana yang lebih efektif bagi para karyawannya.
·
Atau dengan kata lain seorang karyawan dapat termotivasi untuk berprestasi
kerja dengan baik, apabila kebutuhannya dapat dipenuhi atau diperhatikan
melalui gaya kepemimpinan yang efektif dari pimpinannya. Pemimpin juga harus
dapat beradaptasi dengan situasi dan kondisi lingkungan kerja perusahaan agar
dapat meningkatkan prestasi kerja karyawan.
·
Jadi, dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang baik maka
seorang pemimpin harus pintar membaca situasi dan kondisi perusahaan dan
bawahannya, serta tidak memaksakan kehendak pribadinya di dalam perusahaan.
F. Gaya Kepemimpinan Path Goal Theory
(Teori Jalan Tujuan)
·
Teori path-goal adalah suatu model kepemimpinan yang dikembangkan oleh
Robert House, yang menyaring elemen-elemen dari penelitian Ohio State tentang
kepemimpinan pada inisiating structure dan consideration serta teori
pengharapan motivasi.
·
Dasar dari teori ini adalah bahwa merupakan tugas pemimpin untuk membantu
anggotanya dalam mencapai tujuan mereka dan untuk memberi arah dan dukungan
atau keduanya yang dibutuhkan untuk menjamin tujuan mereka sesuai dengan tujuan
kelompok atau organisasi secara keseluruhan.
·
Istilah path-goal ini datang dari keyakinan bahwa pemimpin yang efektif
memperjelas jalur untuk membantu anggotanya dari awal sampai ke pencapaian
tujuan mereka, dan menciptakan penelusuran disepanjang jalur yang lebih mudah
dengan mengurangi hambatan.
·
Menurut teori path-goal, suatu perilaku pemimpin dapat diterima oleh
bawahan pada tingkatan yang ditinjau oleh mereka sebagai sebuah sumber kepuasan
saat itu atau masa mendatang. Perilaku pemimpin akan memberikan motivasi
sepanjang:
1. membuat bawahan merasa butuh kepuasan dalam pencapaian kinerja yang
efektif, dan
2. menyediakan ajaran, arahan, dukungan dan penghargaan yang diperlukan
dalam kinerja efektif.
·
Untuk pengujian pernyataan ini, Robert House mengenali empat perilaku
pemimpin.
1.
Kepemimpinan pengarah (directive
leadership)
Pemimpinan memberitahukan kepada bawahan apa yang
diharapkan dari mereka, memberitahukan jadwal kerja yang harus disesuaikan dan
standar kerja, serta memberikan bimbingan/arahan secara spesifik tentang
cara-cara menyelesaikan tugas tersebut, termasuk di dalamnya aspek perencanaan,
organisasi, koordinasi dan pengawasan.
2. Kepemimpinan
pendukung (supportive leadership)
Pemimpin bersifat ramah dan menunjukkan kepedulian akan
kebutuhan bawahan. Ia juga memperlakukan semua bawahan sama dan menunjukkan
tentang keberadaan mereka, status, dan kebutuhan-kebutuhan pribadi, sebagai
usaha untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang menyenangkan di
antara anggota kelompok. Kepemimpinan pendukung (supportive) memberikan
pengaruh yang besar terhadap kinerja bawahan pada saat mereka sedang mengalami
frustasi dan kekecewaan.
3.
Kepemimpinan partisipatif (participative
leadership)
Pemimpin partisipatif berkonsultasi dengan bawahan dan
menggunakan saran-saran dan ide mereka sebelum mengambil suatu keputusan.
Kepemimpinan partisipatif dapat meningkatkan motivasi kerja bawahan.
4.
Kepemimpinan berorientasi
prestasi (achievement-oriented leadership)
Gaya kepemimpinan dimana pemimpin menetapkan tujuan yang
menantang dan mengharapkan bawahan untuk berprestasi semaksimal mungkin serta
terus menerus mencari pengembangan prestasi dalam proses pencapaian tujuan
tersebut.
·
Dengan menggunakan salah satu
dari empat gaya di atas, dan dengan memperhitungkan faktor-faktor seperti yang
diuraikan tersebut, seorang pemimpin harus berusaha untuk mempengaruhi persepsi
para karyawan atau bawahannya dan mampu memberikan motivasi kepada mereka,
dengan cara mengarahkan mereka pada kejelasan tugas-tugasnya, pencapaian
tujuan, kepuasan kerja dan pelaksanaan kerja yang efektif.
·
Berlawanan dengan pandangan Fiedler tentang perilaku pemimpin, House
berasumsi bahwa pemimpin itu bersifat fleksibel. Teori path-goal
mengimplikasikan bahwa pemimpin yang sama mampu menjalankan beberapa atau
keseluruhan perilaku yang bergantung pada situasi.
·
Secara mendasar, model ini menjelaskan apa yang harus dilakukan oleh
seorang pimpinan untuk mempengaruhi persepsi bawahan tentang pekerjaan dan
tujuan pribadi mereka dan juga menjelaskan apa yang harus dilakukan oleh
seorang pemimpin untuk memotivasi dan memberikan kepuasan kepada bawahannya.
·
Model path-goal menganjurkan bahwa kepemimpinan terdiri dari dua fungsi
dasar:
1. Fungsi Pertama; adalah memberi kejelasan alur. Maksudnya, seorang
pemimpin harus mampu membantu bawahannya dalam memahami bagaimana cara kerja
yang diperlukan di dalam menyelesaikan tugasnya.
2. Fungsi Kedua; adalah meningkatkan jumlah hasil (reward) bawahannya
dengan memberi dukungan dan perhatian terhadap kebutuhan pribadi mereka.
·
Ada dua hal yang perlu mendapat
perhatian dari teori jalan tujuan ini, yaitu perilaku pemimpin (leader behavior) dan faktor situasi (situational theory).
0 comments:
Post a Comment